PEDOMAN
LATIHAN KEPEMIMPINAN PASKIBRA SEKOLAH
1. Pengertian Dasar
1.1. Kader
Kader adalah “sekelompok orang yang terorganisir secara terus menerus dan
akan menjadi tulang punggung bagi kelompok yang lebih besar”. Hal ini dapat
dijelaskan, pertama, seorang kader bergerak dan terbentuk dalam
organisasi, mengenal aturan-aturan permainan organisasi dan tidak bermain
sendiri sesuai dengan selera pribadi. Kedua, seorang kader
mempunyai komitmen yang terus menerus (permanen), tidak mengenal semangat
musiman, tapi utuh dan konsisten dalam memperjuangkan dan melaksanakan
kebenaran. Ketiga, seorang kader memiliki bobot dan kualitas
sebagai tulang punggung atau kerangka yang mampu menyangga kesatuan komunitas
manusia yang lebih besar. Jadi fokus penekanan kaderisasi adalah pada aspek
kualitas. Keempat, seorang kader memiliki visi dan perhatian yang
serius dalam merespon dinamika sosial lingkungannya dan mampu melakukan “ social engineering”. Kader PASKIBRA SEKOLAH adalah anggota yang telah melalui proses pelatihan
sehingga memilki ciri kader sebagaimana dikemukakan di atas dan memiliki
integritas kepribadian yang utuh: bertaqwa, berilmu dan berintegritas sehingga
siap mengemban tugas dan amanah kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
1.2. Pelatihan
Pelatihan adalah usaha organisasi yang dilaksanakan secara sadar dan
sistematis selaras dengan pedoman pelatihan PASKIBRA SEKOLAH, sehingga
memungkinkan seorang anggota mengaktualisasikan potensi dirinya menjadi
generasi muda Indonesia yang selalu memiliki kesadaran berbangsa dan bernegara,
idealisme, patriotisme dan harga diri serta mempunyai wawasan yang luas untuk
mengembangkan kemandirian, kepemimpinan, ilmu, keterampilan, semangat kerja
keras dan kepeloporan.
2. Rekruitmen Kader
Sebagai konsukuensi dari organisasi kemasyarakatan yang membutuhkan
kader-kader handal, maka aspek kualitas kader merupakan fokus perhatian dalam
proses pelatihan PASKIBRA SEKOLAH guna menjamin terbentuknya output yang
berkualitas sebagaimana yang diisyaratkan dalam tujuan organisasi, maka selain
kualitas proses pelatihan itu sendiri, kualitas input calon kader menjadi faktor penentu
yang tidak kalah pentingnya. Kenyataan ini mengharuskan adanya pola-pola
perencanaan dan pola rekruitmen yang lebih memprioritaskan kepada tersedianya
input calon kader yang berkualitas. Dengan demikian rekruitmen kader adalah
merupakan upaya aktif dan terencana sebagai usaha untuk mendapatkan input calon
kader yang berkualitas bagi proses pelatihan PASKIBRA SEKOLAH dalam mencapai
tujuan organisasi.
2.1. Kriteria Rekruitmen
Rekruitmen kader yang lebih memprioritaskan pada pengalaman kader yang
berkualitas tanpa mengabaikan aspek kuantitas, mengharuskan adanya kriteria
rekruitmen. Kriteria rekruitmen ini akan mencakup kriteria sumber-sumber kader
dan kriteria kualitas calon kader.
2.1.1. Kriteria Sumber-sumber Kader
Sesuai dengan statusnya sebagai organisasi Kesiswaan, maka yang menjadi
sumber kader PASKIBRA SEKOLAH adalah Calon Anggota Pasukan Pengibar Bendera,
sebagaimana disyaratkan dalam AD/ART PASKIBRA SEKOLAH.
2.1.2. Kriteria Kualitas Calon Kader
Kualitas calon kader yang di prioritaskan ditentukan oleh kriteria-kriteria
tertentu dengan memperhatikan integritas pribadi dan calon kader, potensi dasar
akademik, potensi berprestasi, potensi dasar kepemimpinan serta bersedia
melakukan peningkatan kualitas individu secara terus menerus.
2.2. Metode dan Pendekatan Rekruitmen
Metode dan pendekatan rekruitmen merupakan cara atau pola yang ditempuh
untuk melakukan pendekatan kepada calon-calon kader agar mereka mengenal dan
tertarik menjadi kader PASKIBRA SEKOLAH. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka
pendekatan rekruitmen dilakukan 2 kelompok sasaran.
2.2.1. Pra Menjadi Anggota Paskibra Sekolah
Pendekatan ini dimaksudkan untuk memperkenalkan sedini mungkin keberadaan
PASKIBRA SEKOLAH di tengah-tengah Siswa-Siswi. Strategi pendekatan haruslah
memperhatikan aspek psikologis sebagai remaja. Tujuan pendekatan ini adalah
agar terbentuknya opini awal yang positif dikalangan siswa-siswa sekolah Pertama
terhadap PASKIBRA SEKOLAH. Untuk kemudian pada gilirannya terbentuk pula rasa
simpati dan minat untuk mengetehui PASKIBRA SEKOLAH lebih jauh. Pendekatan
rekruitmen yang dilakukan dengan pendekatan aktifitas ( activity approach) dimana siswa dilibatkan seluas-luasnya pada sebuah aktifitas. Bentuk
pendekatan ini bisa dilakukan lewat perangkat organisasi PASKIBRA SEKOLAH,
dapat juga dilakukan pendekatan perorangan ( personal approach).
2.2.2. Telah Menjadi Anggota Paskibraka
Pendekatan rekruitmen ini dimaksudkan untuk membangun persepsi yang benar
dan utuh dikalangan anggota Paskibra terhadap keberadaan organisasi PASKIBRA
SEKOLAH sebagai mitra Sekolah Sebagai Lembaga Pendidikan dan Pemerintah dalam
mencetak kader-kader bangsa. Strategi pendekatan harus mampu menjawab kebutuhan
nalar siswa ( student
reasoning) dan minat siswa ( student interest).
Pendekatan diatas dapat dilakukan lewat aktifitas dan pendekatan perorangan,
dengan konsekuensi pendekatan fungsionalisasi masing-masing anggota/pengurus
PASKIBRA SEKOLAH yang berhubungan langsung dengan basis calon kader PASKIBRA
SEKOLAH. Selain itu, dapat juga dilakukan dengan cara kegiatan yang berbentuk
formal seperti masa perkenalan calon anggota dan pelatihan-pelatihan siswa.
Dalam kegiatan tersebut, materi yang dapat disajikan adalah:
Ø Selayang pandang tentang PASKIBRA
SEKOLAH
Ø Pengantar wawasan kebangsaan
Ø Pengantar wawasan kepemimpinan
Metode dan pendekatan rekruitmen seperti tersebut diatas diharapkan akan
mampu membangun rasa simpati dan hasrat untuk mengembangkan serta
mengaktualisasikan seluruh potensi dirinya lewat pelibatan diri pada proses
pelatihan PASKIBRA SEKOLAH secara terus menerus.
3. Pembentukan Kader
Pembentukan kader merupakan sekumpulan aktifitas pelatihan yang
terintegrasi dalam upaya mencapai tujuan PASKIBRA SEKOLAH.
3.1. Latihan Kepemimpinan
Latihan kepemimpinan merupakan pelatihan PASKIBRA SEKOLAH yang dilakukan secara
sadar, terencana, sistematis dan berkesinambungan serta memiliki pedoman dan
aturan yang baku secara rasional dalam rangka mencapai tujuan PPI. Latihan ini
berfungsi untuk memberikan kemampuan tertentu kepada para pesertanya sesuai
dengan tujuan dan target masing-masing jenjang latihan. Latihan kepemimpinan
merupakan media pelatihan formal PASKIBRA SEKOLAH yang dilaksanakan secara
berjenjang serta menuntut watak dan karakter kader PASKIBRA SEKOLAH melalui
transfer nilai, wawasan dan ketrampilan serta pemberian rangsangan dan motivasi
untuk mengaktualisasikan kemampuannya. Latihan kepemimpinan terdiri dari tiga
jenjang, yaitu:
a. Latihan kepemimpinan mula
b. Latihan kepemimpinan madya
c. Latihan kepemimpinan utama
3.2. Pengembangan
Pengembangan merupakan kelanjutan atau kelengkapan latihan dalam
keseluruhan proses pelatihan PASKIBRA SEKOLAH.
3.2.1. Up
Grading
Up Grading dimaksudkan sebagai media pelatihan
PASKIBRA SEKOLAH yang menitik beratkan pada pengembangan kemampuan pengurus
baik sehubungan dengan pengelolaan dan manajemen organisasi.
3.2.2. Pelatihan
Pelatihan adalah pelatihan jangka pendek yang bertujuan membentuk dan
mengembangkan profesionalisme kader sesuai dengan latar belakang disiplin
ilmunya masing-masing.
3.2.3. Aktifitas
3.2.3.1. Aktifitas Organisasi
Aktifitas organisasional merupakan suatu aktifitas yang bersifat
organisasional yang dilakukan oleh kader dalam lingkup tugas organisasi.
v Intern organisasi, yaitu segala
aktifitas organisasi yang dilakukan oleh kader dalam lingkup
tugas PASKIBRA SEKOLAH.
v Ekstern organisasi, yaitu segala
aktifitas organisasi yang dilakukan oleh kader dalam lingkup tugas organisasi
diluar PASKIBRA SEKOLAH.
3.2.3.2. Aktifitas Kelompok
Aktifitas kelompok merupakan aktifitas yang dilakukan oleh kader dalam
suatu kelompok yang tidak memiliki hubungan dengan struktur organisasi formal
tertentu.
v Intern organisasi, yaitu segala
aktifitas kelompok yang dilakukan oleh kader PASKIBRA SEKOLAH dalam lingkup
organisasi PASKIBRA SEKOLAH yang tidak memiliki hubungan struktur (bersifat
informal).
v Ekstern kelompok, yaitu segala
aktifitas kelompok yang dilakukan oleh kader diluar lingkup organisasi dan
tidak memilki hubungannya dengan organisasi formal apapun.
3.2.3.3. Aktifitas Perorangan
Aktifitas perorangan merupakan aktifitas yang dilakukan oleh kader secara
perorangan.
v Intern organisasi, yaitu segala
aktifitas yang dilakukan oleh kader secara perorangan untuk merespon tugas dan
kegiatan organisasi PASKIBRA SEKOLAH.
v Ekstern organisasi, yaitu segala
aktifitas yang dilakukan oleh kader secara perorangan diluar tuntutan tugas dan
kegiatan organisasi PASKIBRA SEKOLAH.
3.3. Pengabdian Kader
Dalam rangka meningkatkan upaya mewujudkan cita-cita PASKIBRA SEKOLAH yaitu
masyarakat adil makmur berdasarkan Pancasila, maka diperlukan peningkatan
kualitas dan kuantitas pengabdian kader. Pengabdian kader ini merupakan
penjabaran dari peranan PASKIBRA SEKOLAH sebagai organisasi Intern Sekolah yang
juga mempunyai tujuan untuk memberikan kontribusi dalam pembangunan bangsa dan
negara. Oleh sebab itu seluruh bentuk pembangunan yang dilakukan merupakan
jalur pengabdian kader PASKIBRA SEKOLAH, maka jalur pengabdiannya adalah
sebagai berikut:
a. Jalur akademis (pendidikan, pelatihan dan pengembangan);
b. Jalur dunia profesi (dokter, konsultan, pengacara, manager, jurnalis);
c. Jalur birokrasi dan pemerintahan;
d. Jalur dunia usaha (koperasi, BUMN, swasta);
e. Jalur sosial politik;
f. Jalur TNI/Kepolisian;
g. Jalur sosial kemasyarakatan;
h. Jalur LSM/LPSM;
i. Jalur kepemudaan;
j. Jalur olah raga dan seni budaya;
k. Jalur-jalur lain yang masih terbuka yang dapat dimasuki oleh kader PPI.
POLA DASAR PELATIHAN
I. Arah Pelatihan
Arah pelatihan adalah suatu pedoman yang dijadikan petunjuk atau penuntun
yang menggambarkan arah yang harus dituju dalam keseluruhan proses pelatihanan
PASKIBRA SEKOLAH. Arah pelatihanan sangat erat kaitannya dengan tujuan
pelatihan, dan tujuan PASKIBRA SEKOLAH sebagai tujuan umum yang hendak dicapai
PASKIBRA SEKOLAH merupakan garis arah dan titik sentral seluruh kegiatan dan
usaha-usahan PASKIBRA SEKOLAH. Oleh karena itu, tujuan PASKIBRA SEKOLAH
merupakan titik sentral dan garis arah setiap kegiatan pelatihan, maka ia
merupakan ukuran atau norma dari semua kegiatan PASKIBRA SEKOLAH. Bagi anggota,
tujuan PASKIBRA SEKOLAH merupakan titik pertemuan persamaan kepentingan yang
paling pokok dari seluruh anggota, sehingga tujuan organisasi adalah juga
merupakan tujuan setiap anggota organisasi. Oleh karenanya peranan anggota dalam
pencapaian tujuan organisai adalah sangat besar dan menentukan.
1. Jenis-jenis Pelatihan
1.1. Pelatihan Formal
Pelatihan formal adalah pelatihan berjenjang yang diikuti oleh anggota, dan
setiap jenjang merupakan prasyarat untuk mengikuti jenjang selanjutnya.
Pelatihan formal PASKIBRA SEKOLAH terdiri dari Latihan kepemimpinan mula,
Latihan kepemimpinan madya dan Latihan kepemimpinan utama.
1.2. Pelatihan Informal
Pelatihan informal adalah pelatihan yang dilakukan dalam rangka
meningkatkan pemahaman dan profesionalisme kepemimpinan serta organisasi
anggota. Pelatihan ini terdiri dari Up-grading kepengurusan, Up-grading
Kesekretariatan, training dan lain sebagainya.
2. Tujuan Pelatihan Menurut Jenjang dan Jenis
Tujuan pelatihan berjenjang dimaksudkan sebagai rumusan sikap, pengetahuan
atau kemampuan yang dimiliki anggota PASKIBRA SEKOLAH setelah mengikuti jenjang
Latihan kepemimpinan tertentu, yakni latihan kepemimpinan mula, madya dan
utama. Sedangkan tujuan pelatihan menurut jenis adalah rumusan sikap, pengetahuan
dan kemampuan anggota PASKIBRA SEKOLAH, baik kemampuan intelektualitas maupun
kemampuan ketrampilan setelah mengikuti pelatihan baik berupa pelatihan formal
dan informal.
2.1. Tujuan Pelatihan Formal
2.1.1. Latihan kepemimpinan mula
Terbinanya kepribadian generasi muda yang berkualitas akademis, sadar akan
fungsi dan peranannya dalam berorganisasi serta hak dan kewajibannya sebagai
kader dan penerus bangsa.
2.1.2. Latihan kepemimpinan madya
Terbinanya kader PASKIBRA SEKOLAH yang mempunyai kemampuan integritas,
intelektualdan kemampuan mengelola organisasi serta berjuang untuk meneruskan
dan mengemban misi PASKIBRA SEKOLAH.
2.1.3. Latihan kepemimpinan utama
Terbinanya kader pemimpin bangsa yang mampu menterjemahkan dan
mentransformasikan pemikiran konsepsional secara profesional dalam gerak
perubahan sosial.
2.2. Tujuan Pelatihan Informal
Terbinanya kader yang memilki keahlian dan profesionalisme dalam bidang
manajerial, keinstrukturan, keorganisasian, kepemimpinan dan kewirausahaan
serta profesionalisme lainnya.
3. Target Pelatihan Penjejangan
3.1. Latihan kepemimpinan mula
v Memiliki kesadaran menjalankan norma
dan nilai sesuai dengan pegangan hidupnya masing-masing dalam kehidupan
sehari-hari
v Memiliki kesadaran akan tanggung
jawab kebangsaan dan kenegaraan
v Memilki kesadaran berorganisasi.
3.2. Latihan kepemimpinan madya
v Memiliki kesadaran intelektual yang
kritis, dinamis, progresif, inovatif dalam memperjuangkan visi dan misi PPI
v Memiliki kemampuan manajerial dalam berorganisasi
3.3. Latihan kepemimpinan utama
v Memiliki kemampuan kepemimpinan yang
mampu menterjemahkan dan mentransformasikan pemikiran konsepsional dalam
dinamika perubahan sosial.
v Memiliki kemampuan untuk
mengorganisir masyarakat dan mentransformasikan nilai-nilai perubahan untuk
mencapai masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila.
II. Manajemen Traning
1. Metode Penerapan Kurikulum
Kurikulum yang terdapat dalam pedoman merupakan penggambaran tentang metode
dari pelatihan. Oleh sebab itu penerapan dari kurikulum adalah erat hubungannya
dengan masalah yang menyangkut metode-metode yang dipergunakan dalam pelatihan.
Demikian pula materi training memiliki keterpaduan dan kesatuan dengan metode
yang ada dalam jenjang-jenjang pelatihan. Dalam hal ini, untuk penerapan
kurikulum training ini perlu diperhatikan beberapa aspek:
1.1. Penyusunan Jadwal Materi Pelatihan. Jadwal
pelatihan adalah suatu yang menggambarkan tentang isi dan bentuk-bentuk
pelatihan. Oleh sebab itu perumusan jadwal pelatihan hendaknya menyangkut
masalah-masalah: Urutan Materi. Hendaknya dalam penyusunan suatu pelatihan
perlu diperhatikan urut-urutan tiap-tiap materi yang harus memiliki korelasi
dan tidak berdiri sendiri (asas integratif). Dengan demikian materi-materi yang
disajikan dalam pelatihan selalu mengenal prioritas dan berjalan secara
sistematis dan terarah, karena dengan cara seperti itu akan menolong peserta
dapat memahami materi dalam pelatihan secara menyeluruh dan terpadu. Materi dan
jadwal pelatihan harus selalu disesuikan dengan jenis dan jenjang pelatihan.
1.2. Cara Atau Bentuk Penyampaian Materi Pelatihan.
Cara penyampaian materi-materi pelatihan adalah gabungan antara ceramah dan
diskusi/dialog. Semakin tinggi tingkatan suatu pelatihan maka semakin
banyak forum-forum komunikasi ide. Suatu materi harus disampaikan secara
diskutif, artinya instruktur berusaha untuk memberikan kesempatan-kesempatan.
1.3. Adanya penyegaran kembali dalam pengembangan
gagasan-gagasan kreatif dikalangan peserta pelatihan. Dalam forum tersebut
sedapat mungkin instruktur menjadi pioner dalam gagasan kreatif. Meskipun
gagasan-gagasan dan problematik yang disajikan dalam forum belum
sepenuhnya ada penyelesaian secara sempurna. Untuk menghindari pemberian materi
secara indoktrinatif dan absolustik maka penyuguhan materi hendaknya di
targetkan pada pemberian alat-alat ilmu pengetahuan secara elementer. Dengan
demikian pengembangan kreasi dan gagasan lebih banyak di berikan pada peserta
pelatihan.
1.4. Usaha menimbulkan kegairahan (motivasi) antara
sesama unsur individu dalam forum pelatihan. untuk menumbuhkan kegairahan dan
suasana dinamik dalam pelatihan, maka forum semacam itu hendaknya merupakan
bentuk dinamika kelompok. Karena itu forum pelatihan harus mampu memberikan
tantangan dan menumbuhkan respon yang sebesar-besarnya. Hal ini dapat
dilaksanakan oleh instruktur dan asisten instruktur.
1.5. Terciptanya kondisi-kondisi yang equal (setara) antara sesama unsur
individu dalam forum pelatihan, menciptakan kondisi seimbang antara segenap
unsur dalam pelatihan berati mensejajarkan dan menyetarakan semua unsur yang
ada dalam pelatihan. Problem yang akan dihadapi adanya kenyataan-kenyataan
“kemerdekaan individu” dengan mengalami corak yang lebih demokratis. Dengan
demikian pula perbedaan secara psikologis unsur-unsur yang ada akan lebih
menipis disebabkan hubungan satu dengan lainnya diwarnai dengan hubungan
kekeluargaan antara senior dan junior.
1.6. Adanya keseimbangan dan keharmonisan antar metode
pelatihan yang dipergunakan dalam tingkat-tingkat pelatihan, keseimbangan dan
keharmonisan dalam metode pelatihan yakni adanya keselarasan tujuan PASKIBRA
SEKOLAH dan target yang akan dicapai dalam suatu pelatihan. Meskipun antar
jenjang/forum pelatihan memiliki perbedaan-perbedaan karena tingkat kematangan
peserta sendiri.
METODE PELATIHAN
Dengan memahami tentang gambaran kurikulum dan aspek-aspek yang perlu
dipertimbangkan di atas, maka metode yang tepat yakni penggabungan antara:
Sistem ceramah (dialog), yakni suatu metode pemahaman materi melalui tanya
jawab.
Sistem diskusi, yakni suatu metode pemahaman materi pelatihan secara
diskutif (pertukaran pikiran yang bebas dan kumulatif) Sistem penugasan, yaitu
metode pemahaman materi dengan mempergunakan ketrampilan peserta dengan
sasaran:
Ø Mempergunakan kemampuan-kemampuan
tertentu;
Ø Penulisan-penulisan;
Ø Kerja lapangan;
Ø Bantuk trial dan error;
Ø Dinamika kelompok;
Ø Studi kasus;
Ø Stimulasi dan lainnya.
Dalam setiap jenjang bentuk pelatihan, ketiga sistem itu tergabung menjadi
satu. Penggunaannya disesuaikan dengan kematangan peserta, jenjang atau
forum pelatihan yang ada. Dalam penerapan metode pelatihan
prosentasenya berbeda-beda secara kuantitaif, untuk itu prosentase tiap-tiap
pelatihan dapat digambarkan sebagai berikut:
a) Semakin matang peserta pelatihan,
jenjang dan bentuk pelatihan, maka sistem diskusi lebih besar prosentasenya.
b) Makin kecil kematangan peserta,
jenjang dan bentuk pelatihan, maka diskusi memiliki prosentase yang lebih kecil
sebaliknya sistem ceramah dan teknik dialog semakin besar prosentasenya.
c) Sistem penugasan dipergunakan pada
setiap pelatihan hanya saja bentuk penugasan tersebut harus diselaraskan dengan
tingkat kematangan pesertanya, jenjang dan bentuk pelatihan, dilaksanakan
dengan cara sebagai berikut:
§ Pelatihan yang diikuti oleh peserta
yang tingkat kematangan berpikirnya relatif lebih tinggi dan jenjang pelatihan
lebih tinggi maka penugasan lebih ditekankan secara diskritif (pembuatan paper
ilmiah, paper laporan, dsb).
§ Pelatihan yang diikuti peserta yang
tingkat kematangannya berpikirnya relatif lebih rendah maka ketrampilan fisik
(gerak, mimik, aktifitas, praktis), sistem ini merupakan pendekatan metode
“ trial and error”.
Pemilihan dan penentuan metode pelatihan disesuaikan dengan jenjang dan
materi-materi pelatihan yang akan disajikan. Pendekatan yang digunakan secara
filosofis, psikologis, sosiologis, historis dan sebagainya. Gambaran tentang
metode yang digunakan dalam pelatihan sesuai menurut jenjangnya, adalah sebagai
berikut:
a. Latihan kepemimpinan mula
Penyampaian bersifat penyadaran, penanaman dan penjelasan Teknik: ceramah, tanya jawab/dialog, penugasan (resume) Proses belajar mengajar PBM/pembelajaran): penceramah menyampaikan materi dan
peserta bertanya tentang hal-hal tertentu.
b. Latihan kepemimpinan madya
Penyampaian bersifat analisis, pengembangan dan bersifat praksis Teknik: ceramah, tanya jawab/dialog penugasan (membuat makalah tanggapan
atau makalah analisis sebuah kasus) Session
khusus dalam bentuk tutorial.
c. Latihan kepemimpinan utama
Penyajian bersifat analisis problematik dan alternatif. Teknik: ceramah,
dialog, penugasan membuat makalah banding (peserta membuat alternatif pemecahan
secara konsepsional). Konsep belajar mengajar
(PBM/pembelajaran): penceramah bersifat mengangkat masalah, kemudian peserta
membahas. Session khusus dalam bentuk tutorial Session khusus dalam bentuk
praktek lapangan.
Evaluasi Pelatihan
1. Tujuan
·
Mengukur tingkat keberhasilan
pelatihan.
·
Sebagai umpan balik bagi seluruh
unsur pelaksanaan pelatihan
2. Sasaran
·
Sikap
·
Nalar
·
Gerak
3. Alat Evaluasi
·
Tes Objektif
·
Tes Subjektif
·
Tes Sikap
·
Tes Ketrampilan
4. Prosedur Evaluasi
·
Pre-Test
·
Mid-Test
·
Post-Test
5. Pembobotan:
Ø Latihan kepemimpinan mula:
§ Sikap : 30 %
§ Nalar : 30 %
§ Gerak : 40 %
Ø Latihan kepemimpinan madya:
§ Sikap : 40 %
§ Nalar : 40 %
§ Gerak : 20 %
Ø Latihan kepemimpinan utama:
§ Sikap : 40 %
§ Nalar : 50 %
§ Gerak : 10 %
PEDOMAN LANJUTAN
PENDAHULUAN
Pedoman follow-up pelatihan ini dimaksudkan sebagai acuan dalam
meningkatkan kualitas diri anggota setelah mengikuti jenjang pelatihan formal
tertentu. Namun demikian pedoman ini jangan diartikan sebagai aktifitas seorang
kader. Tetapi hanya merupakan batas minimal yang harus dilakukan seorang kader
setelah mengikuti jenjang formal tertentu.
1. Fungsi:
Ø Pendalaman
Ø Pengayaan
Ø Perbaikan
Ø Peningkatan
Ø Penerapan
2. Pertimbangan:
Ø Ada unsur subjektifitas (pengarah)
Ø Kontinuitas
3. Target
Ø Latihan kepemimpinan mula
- Mengembangkan
wawasan dan kesadaran
- Meningkatkan
prestasi akademik
- Menumbuhkam
semangat militansi kader
- Meningkatkan
kualitas berorganisasi
Ø Latihan Kepemimpinan madya
- Meningkatkan
intelektualitas
- Menumbuhkan
semangat pembelaan
- Menumbuhkan
semangat melakukan perubahan
- Meningkatkan
kemampuan manajerial
- Meningkatkan
kemampuan mentransformasikan gagasan dalam bentuk lisan
dan tulisan
Ø Latihan Kepemimpinan utama
- Melahirkan calon Pemimpin-Pemimpin PPI dan bangsa
- Melahirkan kader yang mampu mengaplikasikan ilmu yang dimiliki
- Melahirkan kader yang memiliki wawasan general dan global
BENTUK PELATIHAN LANJUTAN
1. Pasca Latihan kepemimpinan mula
a. Up Grading/kursus-kursus, meliputi:
• Nilai
kebangsaan
• Keorganisasian
• Kepengurusan
• Kesekretariatan
• Kebendaharaan
• Keprotokoleran
• Kepanitiaan
• Muatan
Lokal
b. Aktifitas
• Kelompok
Belajar
• Kelompok
diskusi
• Keorganisasian
• Bakti
sosial
2. Pasca Latihan kepemimpinan madya
a. Up Grading/kursus-kursus meliputi:
• Pelatihan
pengelola latihan
• Pelatihan
AMT
• Pelatihan
Manajemen
• Pelatihan
kewirausahaan
• Latihan
Kepemimpinan
• Latihan
Instruktur/Pemateri
• Latihan
Metodologi Riset
• Latihan
Advokasi dan HAM
• Pusdiklat
Pimpinan
b. Aktififtas
• Kelompok
Penelitian
• Kelompok
Diskusi
• Pendampingan
masyarakat
• Pengabdian
Masyarakat secara umum
• Pembentukan
kelompok untuk melaksanakan desa binaan.
3. Pasca Latihan kepemimpinan utama
a. Up Grading/Kursus-Kursus, Meliputi:
• UP
Grading Ideologi, Strategi-Taktik
• Up
Grading Manajemen Organisasi
• Up
Grading Kepemimpinan
• Pelatihan
Kewirausahaan
• Pelatihan-pelatihan
Kekaryaan Lainnya
b. Aktifitas:
• Pembentukan
jaringan kerja
• Pengabdian
masyarakat
0 Comments